Sunday, February 22, 2009

my shortstory (baca: cerpenku)

i don't know what to write. how's your weekend guys? you can read mine's at http://extremelywickedsunday.blogspot.com. hmmmm, gini aja deh jadi waktu itu semester satu aku ada tugas portofolio bahasa indonesia, terus disuruhnya itu bikin cerpen, dan blah blah blah.
ada salah satu cerpenku, rada-rada horor bin abal gitu, judulnya Anastasia. Selamat menikmati! (jengjengjeng)

Anastasia

   “Nana, cepat keluar dari kamarmu, kita sudah mau berangkat!”, kudengar teriakan ibuku dari halaman.”Iya Ma”, jawabku pelan sambil berjalan keluar kamar. Hari ini aku dan keluargaku akan berangkat ke rumah pamanku, Paman Didi di Garut. Aku malas, sekali. Memang, kegiatan ini sudah direncanakan sejak sebelum liburan dimulai. Tadinya aku lumayan bersemangat untuk rencana ini, tetapi begitu mendengar teman sekelasku merencanakan liburan bersama-sama ke Dufan, bertepatan dengan hari aku berangkat ke rumah paman, semangatku langsung hilang sama sekali. Aku sudah mengatakan kepada ibu dan ayah bahwa aku tidak jadi ikut. Tetapi mereka malah mengomel, jadi ya aku akhirnya ikut, dengan berat hati. Di halaman kulihan ayah, ibu, Kak Bimo daan Vera, adikku sudah menungguku di mobil. “Wooo Kak Nana lama banget sih! Udah bertaun-taun nih kita nunggu disini!” kata adikku dengan nada yang menyebalkan begitu aku membuka pintu mobil. Aku pura-pura tidak mendengar.

             Sepanjang jalan, aku terus terdiam, padahal keluargaku terus mengobrol. Aku membayangkan teman-temanku yang sedang bersenang-senang di Dufan. Rasanya aku kesal sekali. Perjalanan dari rumahku, yang di Bintaro ke Garut tentu saja sangat Jauh. Mungkin bisa mencapai 4 jam atau bahkan lebih. “Nana kok diem aja? Pasti inget acara ke Dufan ya? Ntar kamu juga seneng kok di Garut”, Kata Papa. Aku tidak menjawab sambil pura-pura tidur. Tapi setelah itu karena aku juga mengantuk, aku tertidur betulan. Di mimpiku, aku sedang di Dufan, menaiki wahana Kora-Kora bersama teman-teman. Tetapi setelah itu aku terlepas dari sabuk pengaman di Kora-kora dan melayang hingga tersangkut di atas Bianglala. Aku berteriak minta tolong sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku. Aku makin sedih karena makin teringat acara Dufan. Aku merasakan ada yang bergetar di Kantong celanaku. Ternyata ada SMS dari temanku, Lola. Melihat isinya, aku makin kesal karena iri. “Nana, coba kamu ikut, acaranya asik banget lho! Kita baru aja nyobain Tornado, si Rere sampai muntah lho! Habis ini kita mau naik Arung Jeram, udah dulu yaa!”. Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Sepertinya sudah dekat. Langit mulai gelap, Aku melihat jam di mobil. Sudah jam 6 sore, lama juga aku tidur, 3 jam! Mobilku berhenti di depan sebuah gang.

             “Semuanya ayo bangun, kita sudah sampai!” Kata mama dan papa. Kamipun turun dari mobil. Kami disambut oleh seorang kakek-kakek tua, “Neng-neng ini mau kemana? Ke rumah Pak Didi ya? Masuk ke gang ini, setelah itu belok kiri ya. Disini harus hati-hati, apa lagi ini malam Jumat, jangan banyak berbicara, jalannya juga beriringan ya”, entah kenapa aku merinding mendengarnya, tetapi aku tidak peduli, mengingat aku ini sedang ‘ngambek’. Aku berniat untuk tidak menuruti ucapan sang kakek. “Iya Pak, terimakasih” Jawab ayahku. Keluargaku mulai melangkah memasuki gang. Ayahku, ibuku, kakakku, dan adikku berjalan beriringan. Aku mengucilkan diri di belakang, tak peduli walaupun mereka sudah mengajakku berjalan bersama mereka. Aku terus berjalan, rasa takutku dikalahkan oleh rasa kesal. Tiba-tiba ada seorang anak perempuan seumurku yang menghampiriku. Wajahnya pucat, rambutnya dikepang dua. Pakaiannya seperti pakaian orang zaman dahulu. “Halo, kamu tamu dari Jakarta ya? Kenalkan, namaku Anastasia”, sapanya.Aku berpikir dalam hati. Anastasia? Kok rasanya.......aku pernah melihat atau mendengar nama yang tak lazim itu “Oh hehe iya, namaku Nana, aku kesini mau mengunjungi pamanku, kok kamu tahu aku dari Jakarta?”, Jawabku tanpa mengacuhkan larangan kakek tadi untuk jangan banyak berbicara. “Aku melihat plat nomor mobilmu, kamu tidak takut ya? Gang ini angker lho” kata Anastasia. “Ah aku sih tidak takut, lagipula aku tak percaya hal-hal seperti itu.” Jawabku lagi. Anastasia menyahut, “Wah sepertinya kamu pemberani, pesanku kamu hati-hati saja ya” Aku tidak menjawabnya. Aku terus mengingat-ngingat. “Rumahmu dimana, Anastasia?” tanyaku. Tapi jawabannya tak terdengar. Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Anastasia sudah tidak ada! Mungkin dia sudah berbelok menuju rumahnya, pikirku menenangkan diri. Aku berlari menyusul keluargaku.

             Sesampainya di rumah Paman Didi, kami mengobrol-ngobrol bersama Paman dan istrinya. Macam-macam yang kami bicarakan. Tiba-tiba kakakku bertanya, “Na, tadi kamu nggak takut sendirian jalan di Gang? Tumben biasanya kamu takut”,”Nggak kok aku gak sendiri, tadi aku ketemu temen, namanya Anastasia”, jawabku. Tiba-tiba Paman Didi berkata keras, “apa kata kamu? Anastasia?!” aku kaget dan menjawab, “iya, Paman”. Mata Paman melotot ngeri sambil melanjutkan, “ Anastasia adalah seorang anak yang ditemukan menggantung diri di belokan arah rumah Paman pada malam jumat 10 tahun lalu. Sampai sekarang belum jelas sebab kematiannya. Ada yang bilang ia bunuh diri, ada juga yang bilang ia dibunuh. Setiap malam jumat ia sering muncul. Karena itu Gang ini bernama Gang Anastasia”, ujar paman. Seluruh keluargaku terpaku ngeri memandangku. Apa lagi aku, jantungku rasanya mau lepas. Aku teringat aku melihat tulisan nama Anastasia di depan Gang tadi. Aku gelisah sambil memandang ke jendela. Kulihat diluar sana Anastasia tengah menyeringai menatapku.

HAHAHA wayoloh liat di jendela ada apa tuh


No comments:

Post a Comment